Internet Time Standard
WIB

Kamis, 22 Juli 2010

Sang Pertapa dan Kalajengking

Pada suatu hari seorang Pertapa sedang membasuh tangannya disebuah telaga kecil dipinggir hutan. Dilihatnya ada seekor Kalajengking berada didalam air, ia berusaha berenang untuk keluar dari dalam air. Namun usahanya selalu sia-sia. Sang Pertapa berusaha menolongnya. Dia tidak mau menggunakan alat meski dia tau binatang itu memiliki bisa yang berbahaya.

Setiap kali tangan Sang Pertapa memegang binatang itu, setiap kali itu pula tangannya tersengat oleh binatang itu.

Sampai datang seseorang lewat. "Mengapa kau begitu bodoh menolong Kalajengking yang berbahaya itu sementara tanganmu terus digigitnya?" Tanya orang itu.

"Saya menolongnya karena dorongan naluri saya untuk menolongnya. Dan Kalajengking ini menggigitku karena dorongan nalurinya juga karena merasa dirinya terancam".

"Biarlah saya menggunakan naluri saya untuk menolongnya, dan biarlah Kalajengking itu menggigit saya karena dorongan nalurinya". Kata Sang Pertapa sambil meneruskan mencoba memegang Kalajengking itu.


Barangkali Anda ditakdirkan seperti Pertapa itu. Terkadang perbuatan baik anda mendapatkan balasan yang menyakitkan. Biar sajalah teruskan naluri anda untuk berbuat baik, dan biarkan naluri orang lain yang selalu senang menyakiti.

Anda telah berbuat baik kepada setiap orang, tapi terkadang menimbulkan "kecemburuan" bagi orang lain. Apalagi kecemburuan itu datang dari orang yang sangat spesial buat anda.
Apakah hal ini akan menyurutkan naluri anda unntuk berbuat baik?

"Cemburu" memang menyakitkan. Itu juga naluri. Berbuat baik kepada siapa saja juga naluri.
****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar