Internet Time Standard
WIB

Sabtu, 20 April 2013

GEDUNG-GEDUNG BERSEJARAH DI KERTOSONO


Terlebih dahulu bagi yang belum mengenal kota Kertosono silahkan lihat di link ini :


GEDUNG BIOSKOP "NUSANTARA"

Dahulu kala sampai dengan tahun 1980 di kota Kertosono ada sebuah gedung bioskop yang terletak agak keutara sedikit dari pertigaan Jl. PG Lestari dengan Jl. Stasiun. Dulu nama kampungnya adalah Kutorejo-Lor. Nama gedung bioskop itu adalah NUSANTARA. Konon dibangun pada jaman Belanda.

Gedung bioskop itu berkapasitas kurang lebih bisa menampung 600 penonton. Kursi-kursi penonton dibagi menjadi 3 kelompok (kelas). Kelas I adalah barisan belakang (dibawah ruang proyektor), Kelas II menempati barisan tengah sedang kelas III menempati barisan depan dekat layar.



Harga karcis tentu saja dibedakan. Kelas I yang paling mahal sedangkan kelas III yang paling murah. Tempat duduk untuk kelas III berupa bangku panjang terbuat dari kayu tanpa sandaran. Sedangkan tempat duduk untuk kelas I dan II terbuat dari kursi anyaman rotan memakai sandaran (tentu saja lebih nyaman dibandingkan tempat duduk untuk kelas III). Bagi yang berkantong pas-pasan atau para pelajar memilih kelas ini.

Dahulu gedung bioskop ini jadi tempat nongkrong atau tempat mejeng para remaja Kertosono dan sekitarnya terutama kalau malam Minggu. Tidak hanya dari Kertosono saja tapi banyak yang dari luar Kertosono misalnya: Patianrowo, Lengkong, Warujayeng bahkan ada yang dari Purwoasri. Pada waktu itu bioskop adalah satu-satunya hiburan untuk kaum muda.

Sayang sekali saya tidak punya foto dokumentasinya. Barangkali ada diantara anda yang masih menyimpan foto2 Kertosono masa lalu terutama gedung bioskop Nusantara, mohon diposting.

Interior gedung NUSANTARA dibangun cukup nyaman dan romantis. Plafon atau langit-langit dibuat tinggi. Kipas angin gantung selalu berputar. Sirkulasi udara cukup baik. Lampu penerangan dibuat tidak menyilaukan terkesan sejuk karena diberi lampion yang cantik. Bioskop selalu penuh kalau memutar film-film Indonesia dan India yang masih hitam-putih.

Bagi yang tidak punya uang untuk menonton hanya nongkrong didepan gedung bioskop sudah cukup terhibur. Pada waktu itu penonton yang dari jauh menggunakan sepeda onthel. Disekitarnya banyak tempat-tempat yang menyewakan penitipan sepeda. Kendaraan bermotor masih merupakan barang mahal. Pada waktu itu bioskop NUSANTARA tempat ajang muda-mudi untuk berkencan.

Bagi penonton kelas III terutama pelajar banyak yang masih pakai sarung dan bakiak (sandal yang terbuat dari kayu). Kalau film terputus pada waktu diputar, mereka memukul-mukul bakiak kelantai.


GEDUNG "RUKUN SANTOSA"

Berjalan kearah utara kira-kira 200 meter ada lagi sebuah gedung bernama RUKUN SANTOSA. Gedung ini dibangun kira-kira pada tahun 1960. Dulu digunakan untuk pementasan kesenian tradisional seperti ketoprak, Wayang Orang, Ludruk dan sandiwara gambus. Pementasan dilaksanakan pada malam hari dan bergiliran misalnya 3 bulan untuk ketoprak kemudian 3 bulan berikutnya wayang orang dst. Konon WO Cipto Kawedhar pimpinan dalang terkenal Ki Narto Sabdho (almarhum) pernah pentas disini.



Sistim kelas untuk gedung pementasan ini kebalikan dari sistim kelas di bioskop. Kelas I didepan, kelas II ditengah sedangkan kelas III dibelakang. Tempat duduk semua terbuat dari kursi rotan.
Kalau ada pementasan dari kejauhan sudah terdengar suara gamelan dari gedung ini. Suasana Jawa sungguh sangat terasa pada waktu itu. Bagi yang tidak punya uang untuk beli karcis, cukup mendengarkan saja dari luar gedung karena dipasang corong speaker, belum ada sound system yng canggih pada waktu itu, suara “cempreng” jadilah.

Pada jaman itu penonton pertunjukan seni tradisional tidak hanya didominasi oleh kaum tua sja. Banyak juga kaum muda yang menggemari wayang orang, ketoprak, ludruk dll.

Entah apa sebabnya setelah tahun 1965 gedung ini berubah namanya menjadi BAYANGKARA. Pernah juga gedung ini menjadi gedung bioskop juga (pada waktu bioskop mengalami booming pada era 70-an).

KELENTENG "POO SAN SIE"
Rumah Ibadah ini terletak di Jalan ...... (saya lupa kalau ada yang ingat mohon informasi) Depan RSUD Kertosono ke arah tranggul Sungai Brantas. Kelenteng ini dibangun  pada jaman Belanda oleh warga keturunan Tionghoa di Kertosono.
Dahulu setiap perayaan Imlek di kelenteng ini selalu diadakan pertunjukan Wayang Kulit dan Wayang POTEHI selama 7 hari 7 malam. Ternyata pembauran dan kehidupan yang harmonis sudah terbentuk sejak dahulu kala dikawasan ini.



Pada akhir tahun 2012 saya berkunjung ke Kertosono. Sengaja saya menapak tilas. Gedung-gedung bersejarah itu tinggal kenangan. Tidak terusus. Konon gedung NUSANTARA beralih fungsi menjadi gudang.Sayang sekali saya tidak sempat mengambil fotonya. Saya berjanji kalau sempat ketempat ini lagi akan saya dokumentasikan berupa foto atau video.

STASIUN KA KERTOSONO
Bangunan ini didirikan bersamaan dengan pembangunan jalur rel kereta api di Pulau Jawa pada awal abad 19. Dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda. Semua kereta api yang melewati Stasiun Kertosono pasti berhenti disini karena stasiun ini diklasifikasikan sebagai Stasiun Besar.
Sejak 1 Juni 2013 peraturan berubah. Hanya KA Brantas dan KA Bangun Karta saja yang berhenti di stasiun ini. Bagi anda yang akan ke Kertosono dari Jakarta hanya dua kereta api ini saja yang bisa anda naiki.




KA Eksekutif Bisnis melewati Stasiun Kertosono



KA GAYABARU MALAM yang ekonomi lewat saja di Stasiun Kertosono :(



Jalan Stasiun Kertosono


BEKAS PABRIK PENGGILINGAN PADI
Tidak jauh dari Kelenteng tepat ditepi tanggul sungai Brantas ada bangunan tua yang sudah tak terawat lagi. Dahulu bangunan ini adalah pabrik penggilingan padi.




(Pasar Kertosono)



(Rumah di desa Lestari Kertosono)


Gapura di desa lestari


Pergeseran budaya seiring dengan perubahan jaman dan teknologi. Anda sudah tidak menjumpai lagi suasana seperti itu sekarang. Bahkan budaya tradisional sudah berubah drastic. Bahkan mati sama sekali. Siapakah diantara anda yang masih suka wayang orang, wayang kulit, ketoprak, ludruk, tari bondhan, serimpi, bambangan cakil, gatotkaca gandrung? Tidak ada lagi? Sungguh menyedihkan! ***




Senin, 08 April 2013

LAGU JAWA

YEN ING TAWANG ANA LINTANG

Oleh: Mantous
Genre: Campur Sari

Terjemahan bebas:

YEN ING TAWANG ANA LINTANG
KALAU DILANGIT ADA BINTANG

cantik,...
kalau dilangit ada bintang
aku menunggu kedatanganmu
kepada awan di angkasa, adikku
kutanyakan beritamu

cantik,...
aku ingat akan semua janji
terharu rasa dalam hati
bintang-gemintang berkedip dengan genit
cintaku melampaui batas langit

waktu itu
bintang menjadi saksi akan janjimu
mega dan bintang mengiringi perjalanan cinta kita

cantik,...
kalau dilangit ada bintang
dengarlah tangis dalam hati ini
teriring suara malam yang hening
menunggu terbitnya bulan
***

English Version:

IF THERE ARE STARS AT THE SKY

sweetheart
if there are stars at the sky
I am waiting for you
to the clouds at the sky, my darling
i ask how are you tonight?

sweetheart,
I remeber about all of you promises
my heart feel blue
the stars are glowing and flirting
my love pass beyond the sky

remember the time
when the stars became witness of your words
clouds and stars walked along with our love

my darling,
if there are stars at the sky
listen to my heart crying
and the rythm of a lonely night
waiting for the moon rise
***