Terlebih dahulu bagi yang belum
mengenal kota Kertosono silahkan lihat di link ini :
GEDUNG BIOSKOP "NUSANTARA"
Dahulu kala sampai dengan tahun
1980 di kota Kertosono ada sebuah gedung bioskop yang terletak agak keutara
sedikit dari pertigaan Jl. PG Lestari dengan Jl. Stasiun. Dulu nama kampungnya
adalah Kutorejo-Lor. Nama gedung bioskop itu adalah NUSANTARA. Konon dibangun
pada jaman Belanda.
Gedung bioskop itu berkapasitas
kurang lebih bisa menampung 600 penonton. Kursi-kursi penonton dibagi menjadi 3
kelompok (kelas). Kelas I adalah barisan belakang (dibawah ruang proyektor),
Kelas II menempati barisan tengah sedang kelas III menempati barisan depan
dekat layar.
Harga karcis tentu saja
dibedakan. Kelas I yang paling mahal sedangkan kelas III yang paling murah. Tempat
duduk untuk kelas III berupa bangku panjang terbuat dari kayu tanpa sandaran.
Sedangkan tempat duduk untuk kelas I dan II terbuat dari kursi anyaman rotan
memakai sandaran (tentu saja lebih nyaman dibandingkan tempat duduk untuk kelas
III). Bagi yang berkantong pas-pasan atau para pelajar memilih kelas ini.
Dahulu gedung bioskop ini jadi tempat
nongkrong atau tempat mejeng para remaja Kertosono dan sekitarnya terutama
kalau malam Minggu. Tidak hanya dari Kertosono saja tapi banyak yang dari luar Kertosono misalnya: Patianrowo, Lengkong, Warujayeng bahkan ada yang dari
Purwoasri. Pada waktu itu bioskop adalah satu-satunya hiburan untuk kaum muda.
Sayang sekali saya tidak punya
foto dokumentasinya. Barangkali ada diantara anda yang masih menyimpan foto2
Kertosono masa lalu terutama gedung bioskop Nusantara, mohon diposting.
Interior gedung NUSANTARA
dibangun cukup nyaman dan romantis. Plafon atau langit-langit dibuat tinggi.
Kipas angin gantung selalu berputar. Sirkulasi udara cukup baik. Lampu
penerangan dibuat tidak menyilaukan terkesan sejuk karena diberi lampion yang
cantik. Bioskop selalu penuh kalau memutar film-film Indonesia dan India yang
masih hitam-putih.
Bagi yang tidak punya uang untuk
menonton hanya nongkrong didepan gedung bioskop sudah cukup terhibur. Pada
waktu itu penonton yang dari jauh menggunakan sepeda onthel. Disekitarnya banyak tempat-tempat yang menyewakan penitipan sepeda. Kendaraan bermotor
masih merupakan barang mahal. Pada waktu itu bioskop NUSANTARA tempat ajang
muda-mudi untuk berkencan.
Bagi penonton kelas III terutama
pelajar banyak yang masih pakai sarung dan bakiak (sandal yang terbuat dari
kayu). Kalau film terputus pada waktu diputar, mereka memukul-mukul bakiak
kelantai.
GEDUNG "RUKUN SANTOSA"
Berjalan kearah utara kira-kira
200 meter ada lagi sebuah gedung bernama RUKUN SANTOSA. Gedung ini dibangun
kira-kira pada tahun 1960. Dulu digunakan untuk pementasan kesenian tradisional
seperti ketoprak, Wayang Orang, Ludruk dan sandiwara gambus. Pementasan dilaksanakan
pada malam hari dan bergiliran misalnya 3 bulan untuk ketoprak kemudian 3 bulan
berikutnya wayang orang dst. Konon WO Cipto Kawedhar pimpinan dalang terkenal
Ki Narto Sabdho (almarhum) pernah pentas disini.
Sistim kelas untuk gedung
pementasan ini kebalikan dari sistim kelas di bioskop. Kelas I didepan, kelas
II ditengah sedangkan kelas III dibelakang. Tempat duduk semua terbuat dari
kursi rotan.
Kalau ada pementasan dari
kejauhan sudah terdengar suara gamelan dari gedung ini. Suasana Jawa sungguh
sangat terasa pada waktu itu. Bagi yang tidak punya uang untuk beli karcis,
cukup mendengarkan saja dari luar gedung karena dipasang corong speaker, belum
ada sound system yng canggih pada waktu itu, suara “cempreng” jadilah.
Pada jaman itu penonton pertunjukan
seni tradisional tidak hanya didominasi oleh kaum tua sja. Banyak juga kaum
muda yang menggemari wayang orang, ketoprak, ludruk dll.
Entah apa sebabnya setelah tahun
1965 gedung ini berubah namanya menjadi BAYANGKARA. Pernah juga gedung ini
menjadi gedung bioskop juga (pada waktu bioskop mengalami booming pada era
70-an).
KELENTENG "POO SAN SIE"
Rumah Ibadah ini terletak di Jalan ...... (saya lupa kalau ada yang ingat mohon informasi) Depan RSUD Kertosono ke arah tranggul Sungai Brantas. Kelenteng ini dibangun pada jaman Belanda oleh warga keturunan Tionghoa di Kertosono.
Dahulu setiap perayaan Imlek di kelenteng ini selalu diadakan pertunjukan Wayang Kulit dan Wayang POTEHI selama 7 hari 7 malam. Ternyata pembauran dan kehidupan yang harmonis sudah terbentuk sejak dahulu kala dikawasan ini.
KELENTENG "POO SAN SIE"
Rumah Ibadah ini terletak di Jalan ...... (saya lupa kalau ada yang ingat mohon informasi) Depan RSUD Kertosono ke arah tranggul Sungai Brantas. Kelenteng ini dibangun pada jaman Belanda oleh warga keturunan Tionghoa di Kertosono.
Dahulu setiap perayaan Imlek di kelenteng ini selalu diadakan pertunjukan Wayang Kulit dan Wayang POTEHI selama 7 hari 7 malam. Ternyata pembauran dan kehidupan yang harmonis sudah terbentuk sejak dahulu kala dikawasan ini.
Pada akhir tahun 2012 saya
berkunjung ke Kertosono. Sengaja saya menapak tilas. Gedung-gedung bersejarah
itu tinggal kenangan. Tidak terusus. Konon gedung NUSANTARA beralih fungsi
menjadi gudang.Sayang sekali saya tidak sempat mengambil fotonya. Saya berjanji
kalau sempat ketempat ini lagi akan saya dokumentasikan berupa foto atau video.
STASIUN KA KERTOSONO
Bangunan ini didirikan bersamaan dengan pembangunan jalur rel kereta api di Pulau Jawa pada awal abad 19. Dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda. Semua kereta api yang melewati Stasiun Kertosono pasti berhenti disini karena stasiun ini diklasifikasikan sebagai Stasiun Besar.
Sejak 1 Juni 2013 peraturan berubah. Hanya KA Brantas dan KA Bangun Karta saja yang berhenti di stasiun ini. Bagi anda yang akan ke Kertosono dari Jakarta hanya dua kereta api ini saja yang bisa anda naiki.
KA Eksekutif Bisnis melewati Stasiun Kertosono
KA GAYABARU MALAM yang ekonomi lewat saja di Stasiun Kertosono :(
STASIUN KA KERTOSONO
Bangunan ini didirikan bersamaan dengan pembangunan jalur rel kereta api di Pulau Jawa pada awal abad 19. Dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda. Semua kereta api yang melewati Stasiun Kertosono pasti berhenti disini karena stasiun ini diklasifikasikan sebagai Stasiun Besar.
Sejak 1 Juni 2013 peraturan berubah. Hanya KA Brantas dan KA Bangun Karta saja yang berhenti di stasiun ini. Bagi anda yang akan ke Kertosono dari Jakarta hanya dua kereta api ini saja yang bisa anda naiki.
KA Eksekutif Bisnis melewati Stasiun Kertosono
KA GAYABARU MALAM yang ekonomi lewat saja di Stasiun Kertosono :(
Pergeseran budaya seiring dengan
perubahan jaman dan teknologi. Anda sudah tidak menjumpai lagi suasana seperti
itu sekarang. Bahkan budaya tradisional sudah berubah drastic. Bahkan mati sama
sekali. Siapakah diantara anda yang masih suka wayang orang, wayang kulit, ketoprak,
ludruk, tari bondhan, serimpi, bambangan cakil, gatotkaca gandrung? Tidak ada
lagi? Sungguh menyedihkan! ***