Internet Time Standard
WIB

Jumat, 21 Mei 2010

SELEMBAR DAUN AKASIA JATUH DIATAS JALAN



Daun-daun akasia bergoyang ditiup angin pada pagi itu. Sisa hujan semalam membasahi jalan komplek perumahan. Angin sejuk semilir membawa embun menyapa pagi. Dilangit hanya ada beberapa gumpal awan sehingga matahari begitu bebas memancarkan sinarnya yang hangat.

Lelaki paruh baya melintas dijalan komplek diantara rindangnya pohon-pohon akasia. Kaki-kakinya melangkah dengan pasti diatas aspal jalan yang basah. Dibahunya tergantung tas warna hitam. hanya dalam hitungan menit langkahnya berbelok kesebuah gedung yang ternyata sebuah kampus perguruan tinggi.

Sisa hidupnya yang separuh ini diabdikan untuk mendidik calon-calon pemimpin masa depan. Dia memang sudah bertekat untuk itu. Dia ingin sisa hidupnya bisa berarti dan bermanfaat bagi orang lain. Dia ingin menjadi pahlawan. Keinginan yang sudah dimilikinya sejak kecil. Keinginan yang wajar bagi setiap orang. Tapi dia tidak mengharapkan disebut pahlawan. Dengan bisa memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, sudah merupakan kebahagiaan.

Sore harinya dia pulang kerumah dengan melewati jalan yang sama, diantara rindangnya pohon-pohon akasia yang sama. Hidup seperti perjalanan pulang kerumah. Dalam langkahnya dia berharap bisa selamat sampai dirumah. Tapi seandainya didalam paruh perjalanan pulang ini dia kelelahan, akan tetap dikuatkan untuk melanjutkan perjalanan. Dia tidak ingin membebani orang lain untuk menolongnya. Dia akan melangkah sendiri walaupun gontai karena kelelahan.

Tapi untunglah. rindangnya daun-daun akasia memberikan kesejukan dan semangat. Sehingga dia masih tetap tegar menapaki jalan-jalan komplek menuju rumahnya.

"Kalau tiba waktuku untuk sampai dirumah, jangan sampai ada orang yang bersusah payah membantuku. Aku tak ingin merepotkan mereka." Bisiknya dalam hati.

Selembar daun akasia jatuh diatas jalan karena sudah kering dan sudah masanya ia gugur. Seperti itulah perjalanan hidup ini. Dia menyadari hidupnya seperti selembar daun akasia itu.
Suatu saat tiba masanya akan gugur kebumi. Tidak sekedar gugur, tapi gugurlah setelah memberi manfaat kepada orang lain. Seperti daun-daun akasia yang kini gugur tapi setidaknya pernah memberikan kenyamanan bagi setiap orang yang lewat dijalan itu ****

Maymintaraga Sumarno

1 komentar:

  1. ibaratnya kita menorehkan tulisan diatas batu,,
    pastikan tetap tertoreh,,
    sebagai umat manusia kita harus dapat memberikan makna dalam jejak kehidupan kita...tak hanya jejak yang baik untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain...

    BalasHapus